Bagaimanakah Tanggapan Mantan Tangan Kanan Paulus Setelah Memeluk Islam..?

Dalam buku Muhammad in The Bible karya Prof. Abdul Ahad Dawud, Guru Besar Teologi. Ia adalah mantan pastor Katolik Roma untuk wilayah Kaldan dan pernah menjadi tangan kanan Paulus, sebelum masuk Islam ia bernama David Benyamin Kaldan. Abdul Ahad Dawud dilahirkan tahun 1867 di satu daerah dekat Urmia, Iran. Pada tahun 1886 hingga 1889, dia menjadi staf pengajar di salah satu lembaga pendidikan misi keuskupan Canterbury bagi masyarakat Nasrani Assyiria (Nestorian) di Urmia. Tahun 1892, Kardinal Voughan mengutusnya ke Roma untuk menempuh pendidikan di Program Studi Filsafat dan Teologi, Fakultas Propaganda Fide. Pada tahun 1895, Abdul Ahad Dawud resmi diangkat sebagai pastor.

Melalui prakata dan tulisan-tulisan berikutnya, saya (Prof. Abdul Ahad Dawud) akan menjelaskan bahwa akidah Islam merupakan keyakinan paling benar, khususnya yang berkaitan dengan Dzat Tuhan dan Rosul Terakhir. Selain itu, hal ini untuk menunjukkan bahwa akidah Islam besesuaian dengan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Bibel.

Dalam prakata ini saya akan mendiskusikan poin pertama. Di dalam rangkaian tulisan berikutnya saya akan menunjukkan bahwa Muhammad adalah tujuan sebenarnya (dari janji tuhan). Semua nubuat, baik yang terdapat di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, benar-benar hanya menunjuk diri Muhammad secara eksplisit.

Pendapat di dalam pembahasan ini maupun di dalam tulisan-tulisan berikutnya merupakan pandangan subyektif yang saya tanggung secara pribadi. Saya bertanggungjawab sepenuhnya atas semua penelitian mengenai teks-teks suci dalam bahasa Ibrani ini. Kendati demikian, saya tidak berani mengklaim bahwa saya adalah seorang yang benar-benar ahli dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam.

Saya sama sekali tidak berniat atau berkeinginan untuk menyakiti perasaan sahabat-sahabat saya yang beragama Nasrani. Sebab, saya mencintai Isa, Musa dan Ibrahim, sebagaimana saya mencintai Muhammad dan semua nabi Alloh yang lain.

Alloh berfirman:

“Katakanlah (Muhammad): Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, ‘Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS. Ali ’Imran: 84)

Perlu disadari, tulisan saya ini bukan untuk memicu terjadinya perdebatan sengit yang tak jelas ujung pangkalnya dengan pihak Gereja. Karya ini hanya sebagai seruan agar mereka bersedia melakukan penelitian yang cermat terhadap semua topik penting disini dengan semangat cinta dan proporsionalitas. Kalau saja orang Nasrani mau menghentikan usaha mereka yang sia-sia untuk mengetahui Dzat Tuhan, lalu mengakui ke Esaan-Nya yang mutlak, maka peluang untuk mempersatukan mereka dengan umat Islam lebih dimungkinkan. Sebab, semua titik perselisihan lainnya yang terdapat diantara kedua agama ini pasti makin mudah diselaraskan.

Sifaf-Sifat Alloh

Ada dua poin mendasar antara Islam dan Nasrani yang sangat perlu dikaji untuk menemukan kebenaran dan perdamaian yang sempurna. Masing-masing dari dua agama ini pada dasarnya merujuk pada satu sumber yang sama. Dengan demikian semestinya tidak perlu muncul perselisihan di antara keduanya. Kedua agama agung ini sama-sama mempercayai eksistensi Alloh dan adanya perjanjian yang dilakukan Alloh dengan Ibrahim.

Berkenaan dengan dua poin berikut ini seharusnya dicapai satu kesepakatan akhir antar pemeluk yang menyikapi agama mereka dengan sikap rasional. Poin pertama, kita harus memilih apakah kita akan menyakini Tuhan yang berbilang atau Tuhan Maha Tunggal yang tidak ada duanya? Poin kedua, siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Perjanjian Tuhan (Divine Conveant), Isa atau Muhammad? Kedua pertanyaan inilah yang harus ditemukan jawaban akhirnya.

Pertama, sia-sia saja jika kita berusaha mendebat sebagian orang, yang karena kebodohan mereka, berani menyatakan bahwa Tuhan dalam Islam bukan Tuhan yang sebenarnya. Mereka menganggap Tuhan dalam Islam hanya rekaan Muhammad. Kalau saja para pendeta dan para teolog Nasrani memahami isi Kitab Suci mereka dalam bahasa asli: Ibrani (hebrew) dan Arami (Aramaic), bukan dalam bentuk terjemahan, sebagaimana umat Islam mengetahui isi Al-Qur’an dalam teks asli berbahasa Arab, tentu akan lebih jelas bagi mereka bahwa lafal ”Allah” merupakan nama agung kuno untuk Dzat Mahatinggi yang mengutus Adam dan semua Rosul setelahnya.

Allah adalah Dzat yang Mahatunggal, Mahaada dan dengan Dzat-Nya, Maha Meliputi segala sesuatu. Dialah yang menjadi sumber semua bentuk kehidupan, pengetahuan, dan energi. Dialah Yang Maha Mencipta, Maha Esa, Maha Mengatur, dan Maha Memperjalankan jagad raya ini.

Esensi dan bentuk Dzat Tuhan jelas berada diatas pengetahuan dan kemampuan manusia. Usaha apa pun yang dilakukan untuk mengetahui esensi-Nya bukan hanya sia-sia belaka, tetapi juga akan berbahaya bagi penghambaan (’ibadah) dan keimanan seseorang serta pasti menyeret ke arah kesesatan.

Selama 17 abad, aliran Nasrani Trinitarian telah menguras pemikiran para pendeta dan para filsufnya untuk terus mencari definisi serta identitas Dzat Tuhan. Namun, apa yang dapat mereka capai? Para pengikut Athanasius, Augustine, dan Thomas Aquinas telah mewajibkan para pemeluk Nasrani –dibawah ancaman sebuah kutukan abadi- untuk menyakini doktrin trinitas dan mengakui bahwa Allah adalah ”yang ketiga dari bagian trinitas”. Berkenaan dengan hal itu, Allah berfirman dalam Al-Qur’an,

” Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-Maidah: 73)

Para ulama enggan berusaha mendefinisikan esensi ketuhanan karena esensi-Nya melampaui segala sifat yang dapat digunakan untuk mendefinisikan-Nya.

Allah memiliki banyak nama yang berkaitan dengan sifat-sifat-Nya serta diambil dari bukti-bukti penciptaan di jagad raya yang Dia ciptakan sendirian ini. Kita dapat berdoa kepada Allah dengan nama-nama-Nya: al-Qadir (Mahakuasa), al-Baqi (Mahakekal), al-Hayy (Mahahidup), al-Qayyum (Maha Mengurus mahkluk-Nya), al-Alim (Maha Mengetahui), ar-Rahim(Maha Penyayang), dan sebagainya. Sifat kekal, hidup, Maha Mengurus, Mengetahui secarasempurna, dan sifat kasih sayang, mutlak memancar dari-Nya. Hanya Dia yang ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, kekekalan-Nya, serta kasing sayang-Nya tidak berbatas. Hanya dari-Nya pula semua sifat itu memancar.

Ketika salah satu sifat tersebut dinisbahkan kepada seseorang maka sifat pada orang tersebut menjadi relatif. Sebab, ia tidak menjadi sifat unik yang hanya dimiliki oleh satu orang.

Singkatnya, setiap fa’al (tindakan) Allah merupakan salah satu jenis pengejewantahkan dan sifat yang khusus bagi Dia, walaupun fa’al tersebut tidak dapat dianggap sebagai esensi-Nya.

Sementara itu, umat Nasrani justru mencampuradukkan sifat-sifat Tuhan dengan esensi ketuhanan. Contohnya ketika mereka menjadikan Sang Maha Pencipta sebagai Tuhan Bapa; menjadikan Kalimat-Nya sebagai Tuhan Putra; menyakini bahwa ketika Allah meniupkan roh ke dalam jasad mahkluk-Nya maka ruh itu dapat disebut sebagai Roh Kudus. Orang-orang Nasrani itu alpa bahwa secara logis, Allah tidak mungkin menjadi ”Bapa” sebelum adanya mahkluk, tidak mungkin dapat menjadi ”Putra” sebelum Dia mengeluarkan Kalimat-Nya, dan tidak dapat menjadi ”Roh Kudus” sebelum Dia memberi kehidupan kepada mahkluk-Nya.

Disisi lain, kita dapat mengetahui sifat-sifat Allah dari semua fa’al-Nya setelah para mahkluk menunjukkan fa’al-fa’al (tindakan-tindakan) Allah tersebut. Karena itulah kita sama sekali tidak dapat mengetahui sifat-sifat-Nya sebelum Allah melakukan perbuatan-perbuatan. Allah memeng tidak pernah menyingkapkan bagi kita esensi wujud-Nya di dalam kitab-kitab suci yang telah Dia turunkan. Dia juga tidak memberi peluang bagi akal menusia untuk mengetahui sendiri esensi wujud-Nya tersebut.

Sifat-sifat Allah sebenarnya sama sekali bukan dalam bentuk personifikasi yang berdiri sendiri dan mandiri. Sebab, jika demikian maka Dia tidak bisa dianggap sebagai tiga bagian saja, tetapi akan muncul puluhan bentuk trinitas lainnya.

Itulah sebabnya mengapa kita dapat mengatakan, misalnya, ”Allah adalah Maha Penyayang”, tetapi kita tidak boleh mengatakan bahwa ”Allah adalah kasih sayang”. Sebab, ”kasih sayang” memang bukan ”Allah”, melainkan hanya satu fa’al atau perbuatan-Nya. Itu pula sebabnya mengapa al-Qur’an menisbahkan begitu banyak sifat kepada Allah, seperti, Hakim (Maha Bijaksana), Rahim (Maha Penyayang), ’Alim (Maha Mengetahui), dan sebagainya, tetapi tidak pernah menyebut Allah dengan sebutan mahabbah (cinta), ma’rifah (pengetahuan), kalimah (firman), dan sebagainya.

Orang-orang Nasrani menyakini bahwa kalimatullah (firman Allah) adalah personifikasi Tuhan yang berdiri sendiri, padahal firman Allah hanya sebagai ”media penyampaian” (ta’bir) dari pengetahuan dan kehendak-Nya. Karena itulah Kitab Suci al-Qur’an disebut sebagai ”firman Allah”, sebagaimana di dalam al-Qur’an penamaan seperti ini juga pernah ditujukan kepada Isa: di dalam firman-Nya, ”……sebuah kalimat(firman) dari-Nya….” (QS. Ali ’Imran: 45).

Akan menjadi kesesatan ketika kita menganggap bahwa kalimatullah (firman Allah) adalah personifikasi yang berdiri sendiri; menyangka kalimatullah itu berwujud jadi daging untuk kemudian muncul dalam bentuk seorang laki-laki dari Nazaret; atau dalam bentuk kitab, yang pertama disebut ”Isa al-Masih” dan yang kedua disebut ”al-Qur’an”.

Kalimat pertama yang terdapat Injil Yohanes menjadi ayat yang paling banyak diperdebatkan oleh para penulis Unitarian, hingga akhirnya mereka berpendapat bahwa bacaan yang benar dari bagian tersebut sebagai berikut,

”Pada mulanya adalah firman, firman itu bersama Allah, dan firman itu adalah firman Allah(…the word was God’s).”

Kata God’s berarti ’firman Allah’ yang dalam bahasa Yunani disebut dengan kata Theou. Tetapi kemudian kata Theou ini disimpangkan menjadi Teos yang berarti ’Allah’.

Dari ungkapan ”Pada mulanya adalah firman…” dapat dilihat bahwa ”firman” tidak bisa ada sebelum adanya permulaan. Ungkapan ”firman Allah” (kalimatullah) juga tidak dimaksudkan bahwa ia adalah sebuah substansi yang mandiri, terpisah, dan hidup berdampingan bersama Allah. Akan tetapi ia hanyalah sebagai ”media penyampaian” (ta’bir) bagi pengetahuan dan kehendak Allah ketika Dia berfirman ”Jadilah!” (kun) maka jadi. Ketika Allah berkendak untuk mencipta maka cukup bagi-Nya untuk ”melontarkan” kata perintah ”Jadilah!” (kun!).

Yang paling mengejutkan adalah ungkapan khas Nasrani ”Dengan nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus” sama sekali tidak menyebutkan nama Allah. Padahal ketiga oknum itulah yang dianggap Tuhan oleh kaum Nasrani. Oleh sebab itu, ungkapan al-Qur’an yang menggunakan kalimat ”bismillahirrahahmanirrahim” (dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), jelas secara frontal menjadi bantahan terhadap ungkapan khas Nasrani tersebut. Ungkapan basmalah tadi jelas mengungkapkan fondasi paling esensial dalam agama Islam.

Ungkapan trinitas bagi umat Nasrani jelas tidak dapat dianggap sebagai pengertian Tuhan yang benar. Sebab, ungkapan tersebut telah mengukuhkan berbilangnya oknum Tuhan yang masing-masing dianggap sebagai oknum Tuhan yang masing-masing dianggap sebagai satu oknum yang terpisah dalam bentuk sangat serupa dengan anggota satu keluarga sebagaimana banyak terdapat di dalam kisah-kisah pagan. Allah jelas bukan ”Bapa” dari ”Sang Putra”, sebagaimana Dia juga bukan ”Putra” bagi ”Si Bapa” yang sekaligus tidak memiliki ibu. Dia bersifat kekal (azaliy) yang tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir. Jadi keyakinan akan keberadaan Tuhan Bapa, Tuhan Putra, dan Roh Kudus, jelas merupakan kekufuran terhadap keesaan Allah. Sebab, hal itu menjadi pengakuan terhadap keberadaan tiga oknum yang tidak  sempurna sehingga tidak mungkin menjadi Tuhan yang hakiki, baik ketiga oknum tersebut saling terpisah maupun bersatu padu.

Dari ilmu Matematika kita dapat mengetahui bahwa satuan tidak bisa lebih atau kurang dari satu. Satu tidak mungkin merupakan hasil dari ”satu + satu + satu”. Dengan kata lain, ”satu” tidak mungkin sama dengan ”tiga” karena satu sama dengan sepertiga dari tiga. Teknik hitung sederhana ini juga dapat dianalogikan dengan hitungan bahwa ”satu” tidak sama dengan ”sepertiga”, ”tiga” tidak sama dengan ”satu”, dan ”sepertiga” jelas tidak dapat disamakan dengan ”satuan”. Sebab, ”satuan” merupakan dasar bagi seluruh sistem penghitungan. Dan, angka yang berbilang tidak lain adalah hasil dari penggabungan beberapa ”satuan”.

Orang-orang yang mengakui keesaan Tuhan dalam wujud tiga oknum,  biasanya berkata bahwa sebenarnya masing-masing oknum dari ketiga oknum tersebut adalah ’Satu’ Tuhan Yang Mahakuasa, Mahaada, Mahaabadi, Mahakekal, dan Mahasempurna; bukan ’tiga’ Tuhan yang ketiganya sama-sama Mahakuasa, Mahaada, Mahaabadi, Mahakekal, dan Mahasempurna. Yang ada hanyalah satu Tuhan Yang Mahakuasa, dan seterusnya. Jadi kekeliruan memang jelas tampak dalam logika berpikir seperti ini.

Misteri yang dikeluarkan oleh Gereja dapat disimpulkan dalam persamaan berikut:

Satu Tuhan : satu Tuhan + satu Tuhan + satu Tuhan.

Oleh sebab itu: satu Tuhan = tiga Tuhan.

Pertama: tidak mungkin satu Tuhan sama dengan tiga Tuhan.

Kedua: ketika Anda menerima bahwa satu oknum Tuhan yang ”Mahasempurna” sama dengan sekutunya, maka kesimpulan bahwa 1 = 1 + 1 + 1 bukan hanya menjadi bukti kesesatan saja, tetapi merupakan sebuah kedunguan yang melampaui batas.

 

Sangat bodoh jika kita berusaha memecahkan satu kesalahan dari sebuah masalah dengan menggunakan cara yang salah. Dari sisi lain, Anda tampaknya tidak berani untuk mengakui keimanan Anda terhadap tiga Tuhan.

Di samping itu, sebenarnya kita semua, kaum muslimin dan umat Nasrani, sama-sama mengimani bahwa Allah selalu Hadir dan Ada, dan Dia Maha Meliputi segala sesuatu. Jadi, apakah masuk akal jika hal itu dilakukan oleh ketiga oknum Tuhan tersebut secara bersamaan? Ataukah hanya salah satu dari ketiga oknum tersebut yang meliputi alam semesta pada satu waktu?

Sesungguhnya ketuhanan adalah sifat bagi satu Tuhan, dan sifat itu tidak dapat berbilang.

Lalu dikatakan kepada kita: masing-masing dari ketiga oknum Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu yang tidak sama dengan ”dua” yang lain. Jadi ada urutan hierarki tertentu dalam trinitas. Tuhan Bapa selalu menempati tingkatan pertama, kemudian diikuti oleh Tuhan Putra, sedangkan Roh Kudus berada pada tingkatan yang ketiga, karena Dia menjadi Tuhan yang paling rendah derajatnya dibandingkan kedua oknum lain yang menjadi sumber perwujudannya.

Bukankah menjadi dosa dan bid’ah bagi umat Nasrani apabila mereka menyebutkan ketiga oknum dalam Trinitas tersebut dengan urutan terbalik menjadi berbunyi, ”dengan nama Roh Kudus, Tuhan Putra, dan Tuhan Bapa”? Jika memang ketiga oknum tersebut benar-benar setara maka tidak diperlukan adanya penekanan terhadap urutan hierarki seperti itu.

Sebenarnya, bagi orang-orang Nasrani sendiri tidak pernah ada kesetaraan mutlak antara ketiga oknum dalam trinitas. Sebab, kalau memang tuhan Bapa memang benar-benar sama dengan Tuhan Putra atau Roh Kudus dari segi arti kata perkatanya sebagaimana halnya angka 1 pasti benar-benar sama dengan angka 1 yang lain, maka seterusnya Tuhan hanya ”terdiri” dari satu Tuhan saja, bukannya tiga. Satuan tidak mungkin berbentuk pecahan ataupun hasil kelipatan dari dirinya sendiri.

Segala perbedaan yang diakui keberadaannya pada diri ketiga oknum dalam Trinitas –tidak diragukan lagi- pasti menyebabkan munculnya ketidak setaraan: Tuhan Bapa hanya beranak dan tidak diperanakkan; Tuhan Putra diperanakkan dan bukan menjadi yang beranak; Roh Kudus muncul dari kedua oknum yang lain.

Orang-orang Nasrani lalu menyatakan Tuhan Bapa adalah ”sang Maha Pencipta dan Maha Penghancur”; Tuhan Putra adalah ”sang Juru Selamat dan sang Penebus”; Roh Kudus adalah ”sang Pemberi Kehidupan”. Jadi, tidak satu pun dari oknum tersebut yang dapat menjadi sang Maha Pencipta secara mandiri.

Mereka lalu berkata: Tuhan Putra adalah firman dari Tuhan Bapa. Tuhan Putra mewujud menjadi manusia kemudian dikorbankan di tiang salib untuk memenuhi keadilan Bapanya. Adapun penyosokan dan kebangkitan oknum kedua (Tuhan Putra) itu akan disempurnakan oleh oknum yang ketiga (Roh Kudus).

Akhirnya, saya harus mengingatkan kaum Nasrani bahwa selama mereka belum mengimani keesaan Allah secara mutlak dan terus berpegang terhadap doktrin Trinitas, selama itu pula mereka telah kufur terhadap Tuhan yang sebenarnya. Sebab, secara faktual mereka adalah orang-orang yang menyekutukan Tuhan yang sama persis dengan para penyembah berhala. Cuma satu hal yang membedakan mereka dengan kaum pagan: tuhan-tuhan yang disembah kaum pagan adalah fiktif, sedangkan ketiga tuhan yang diakui Gereja masing-masing memiliki ciri khas tertentu. Yang mereka anggap Tuhan Bapa, itulah Tuhan yang sebenarnya; yang mereka anggap Tuhan Putra, sebenarnya hanyalah salah seorang hamba dan rasul-Nya; Roh Kudus, tidak lain adalah salah satu dari jutaan roh yang selalu berkhidmat kepada Allah.

 

Sebenarnya, Perjanjian Lama menggunakan kata Bapa hanya sebagai metafora: salah satu julukan untuk Allah guna mengungkapkan bahwa Dialah yang menjadi Sang Maha Pencipta, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Namun, pihak Gereja salah dalam menggunakan kata tersebut di dalam ayat-ayatnya.

Pada nyatanya, Perjanjian Lama dan al-Qur’an sama-sama mengecam doktrin Trinitas, sedangkan Perjanjian Baru tidak secara jelas mendukung ataupun menentang doktrin tersebut. Akan tetapi, kalaupun Perjanjian Baru memang mengandung isyarat akan eksistensi doktrin Trinitas, hal itu tetap tidak dapat dijadikan alasan akan kebenarnya doktrin tersebut. Sebab, al-Masih tidak pernah melihat, menulis, ataupun menyampaikan isi kitab Perjanjian Baru. Perjanjian Baru, dalam bentuk dan isinya seperti yang sekarang, belum pernah ada sepanjang dua abad setelah masa al-Masih.

Patut pula disampaikan di sini bahwa gereja-gereja unitarian di kawasan Timur telah menolak dengan tegas doktrin Trinitas. Mereka kemudian mengikuti Rasulullah yang agung ketika meyaksikan sendiri kehancuran total ”Binatang Buas Keempat” di tangan beliau. Sebenarnya, setan yang berbicara dengan Siti Hawa dari dalam mulut ular juga telah menghembuskan berbagai ungkapan kekufuran untuk menentang Allah melalui ujung sebuah ”tanduk kecil” di antara 10 tanduk yang tumbuh di kepala ”si binatang buas keempat” (Daniel pasal 8)

Setan yang disebut-sebut di sini sebenarnya tak lain adalah Konstantin Agung yang telah mengumumkan doktrin Konsili di Nicea pada tahun 225 M sebagai doktrin resmi melalui pemaksaan yang luar biasa. Tetapi Muhammad telah mengubur iblis ini ke dalam tanah yang dijanjikan untuk kemudian menegakkan agama Allah, yaitu Islam.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Sekelumit Tentang Kitab Suci Yahudi dan Nasrani

Dalam buku Muhammad in The Bible karya Prof. Abdul Ahad Dawud, Guru Besar Teologi. Ia adalah mantan pastor Katolik Roma untuk wilayah Kaldan dan pernah menjadi tangan kanan Paulus, sebelumnya ia bernama David Benyamin Kaldan. Abdul Ahad Dawud dilahirkan tahun 1867 di satu daerah dekat Urmia, Iran. Pada tahun 1886 hingga 1889, dia menjadi staf pengajar di salah satu lembaga pendidikan misi keuskupan Canterbury bagi masyarakat Nasrani Assyiria (Nestorian) di Urmia. Tahun 1892, Kardinal Voughan mengutusnya ke Roma untuk menempuh pendidikan di Program Studi Filsafat dan Teologi, Fakultas Propaganda Fide. Pada tahun 1895, Abdul Ahad Dawud resmi diangkat sebagai pastor.

Kitab suci Yahudi dan Nasrani adalah beberapa kitab yang dalam bahasa Inggris dan Perancis disebut dengan “Bible”. Kitab ini terdiri dari dua bagian.

Bagian Pertama disebut “Perjanjian Lama”(Old Testament) yang secara khusus digunakan oleh umat Yahudi. Kaum Nasrani juga mengakui kitab ini sebagai bagian dari kitab suci mereka. Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab.

  1. Kitab Kejadian
  2. Kitab Keluaran
  3. Kitab Imamat
  4. Kitab Bilangan
  5. Kitab Ulangan
  6. Kitab Yosua
  7. Kitab Hakim-Hakim
  8. Kitab Rut
  9. Kitab I Samuel
  10. Kitab II Samuel
  11. Kitab I Raja-raja
  12. Kitab II Raja-raja
  13. Kitab I Tawarikh
  14. Kitab II Tawarikh
  15. Kitab Ezra
  16. Kitab Nehemia
  17. Kitab Ester
  18. Kitab Ayub
  19. Kitab Mazmur
  20. Kitab Amsal
  21. Kitab Pengkhotbah
  22. Kitab Kidung Agung
  23. Kitab Yesaya
  24. Kitab Yeremia
  25. Kitab Ratapan
  26. Kitab Yehezkiel
  27. Kitab Daniel
  28. Kitab Hosea
  29. Kitab Yoel
  30. Kitab Amos
  31. Kitab Obaja
  32. Kitab Yunus
  33. Kitab Mikha
  34. Kitab Nahum
  35. Kitab Habakuk
  36. Kitab Zefanya
  37. Kitab Hagai
  38. Kitab Zakharia
  39. Kitab Maleakhi

Lima kitab pertama dari urutan yang disebutkan di atas, juga biasa disebut dengan nama “Pentateuch” (lima kitab). Kelima kitab pertama dalam Perjajian Lama inilah yang juga sering disebut dengan nama “Taurat”, walaupun sebenarnya isi kitab-kitab itu sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Kitab Taurat (asli) yang diturunkan Alloh kepada Nabi Musa. Hanya ada beberapa nukilan kecil dari Taurat asli yang terdapat dalam kelima kitab ini. Sebagaimana telah diketahui, Perjanjian Lama, baru ditulis ratusan tahun setelah wafatnya Musa, sehingga isi Perjanjian Lama justru didominasi oleh kisah-kisah bangsa yahudi. Penulis setiap kitab dalam Perjanjian Lama juga bukan para nabi yang namanya digunakan oleh kitab-kitab tersebut. Penggunaan nama beberapa kitab dalam Perjanjian Lama tampaknya hanya sebatas imajinasi belaka.

Perjanjian Lama telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani pada abad ketiga sebelum Masehi di kota Alexandria pada masa pemerintahan Alexander Agung dan sesudahnya. Versi terjemahan berbahasa Yunani ini lalu diberi nama Septuagint dan menjadi versi terjemahan yang diamini oleh para penulis Perjanjian Baru seperti yang akan saya (M. Faruq Zein) jelaskan di bawah ini.

Bagian Kedua disebut “Perjanjian Baru”(New Testament) dan hanya digunakan oleh kaum Nasrani karena kaum Yahudi tidak mengakuinya. Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab.

  1. Injil Matius
  2. Injil Markus
  3. Injil Lukas
  4. Injil Yohanes
  5. Kisah Para Rosul
  6. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
  7. Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
  8. Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus
  9. Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia
  10. Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus
  11. Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi
  12. Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose
  13. Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika
  14. Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika
  15. Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius
  16. Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius
  17. Surat Paulus kepada Titus
  18. Surat Paulus kepada Filemon
  19. Surat Kepada Orang Ibrani
  20. Surat Yakobus
  21. Surat Petrus yang Pertama
  22. Surat Petrus yang Kedua
  23. Surat Yohanes yang Pertama
  24. Surat Yohanes yang Kedua
  25. Surat Yohanes yang Ketiga
  26. Surat Yudas
  27. Wahyu kepada Yohanes

Empat kitab pertama dari Perjanjian Baru, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, biasa disebut dengan “Injil”. Sebagaimana dapat dilihat dari nama yang digunakan oleh masing-masing kitab tersebut, jelas bahwa keempatnya ditulis oleh beberapa orang Hawari (murid-murid) Isa. Kitab-kitab tersebut merupakan 4 dari 14 kitab (Injil) lain yang banyak tersebar pada masa-masa awal kemunculan agama Nasrani. Sepuluh kitab selain keempat Injil ini dibatalkan oleh konsili pertama yang dilangsungkan di Nicea (sekarang Izmid) di kawasan Asia Kecil pada tahun 325M atas prakarsa Kaisar Konstantin Agung. Konsili inilah yang menetapkan hanya 4 Injil ini saja yang boleh digunakan, sedangkan 10 lainnya harus dibakar. Oleh sebab itu,  keempat Injil ini kemudian juga dikenal dengan sebutan “Injil Kanonik” (Canonical Gospels).

Jelas bagi umat Islam bahwa Injil yang disebutkan oleh Al-Qur’an sama sekali bukan keempat Injil Kanonik ini, melainkan Injil dalam bentuk kumpulan wahyu yang diturunkan secara lisan kepada Isa al-Masih. Kitab inilah yang dalam bahasa Yunani sering disebut dengan nama Evangelis atau “Kabar Gembira” yang kemudian biasa disebut Injil dalam bahasa Arab. Tampaknya beberapa versi Injil mengambil kutipan dari Injil (asli) dan apa yang pernah diajarkan oleh Isa al-Masih.

Versi-Versi Bibel

Bibel muncul dalam begitu banyak versi sesuai dengan masa penulisannya atau sesuai dengan sekte Nasrani yang mengeluarkannya. Versi Katolik Roma (Roman Catholic Version/RCV) memiliki 7 kitab tambahan yang tidak diakui oleh aliran Kristen Prostestan dan memilih untuk memasukkan ketujuh kitab itu ke dalam kelompok Apokrifa (kitab kisah-kisah). Oleh sebab itu, Bibel versi Katolik Roma terdiri dari 73 kitab, sedangkan Bibel versi Kristen Protestan hanya terdiri 66 kitab. Tampaknya, baru pada abad XVI Masehi kedua Bibel (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) diterbitkan dalam bentuk satu jilid atas desakan gerakan reformasi agama yang dikobarkan oleh kaum Protestan di Eropa, yang kemudian juga mengakui semua kitab suci Yahudi sebagai bagian dari kitab suci mereka.

 

Sejarah Perkembangan Versi-Versi Bibel

Semasa hidupnya, Isa al-Masih menggunakan bahasa yang umum dipakai di kawasan Palestina, yaitu bahasa Arami dan bahasa Ibrani. Bahasa Ibrani adalah salah satu dialek yang termasuk dalam bahasa Arami. Akan tetapi, naskah Bibel tertua yang masih ada hingga sekarang ditulis dalam bahasa Yunani, bukan dalam bahasa Ibrani atau Arami yang digunakan oleh Isa al-Masih dan para Hawari. Dalam sejarah disebutkan bahwa naskah tertua dari Injil-Injil itu berasal dari sekitar tahun 175 sampai 200 setelah wafatnya Isa al-Masih.

Mengenai terjemahan Bibel dalam tulisan dan dialek Suryani yang dikenal dengan nama “Peshitta” dan masih lestari hingga sekarang, sebenarnya adalah hasil terjemahan dari Bibel berbahasa Yunani. Demikian pula halnya naskah Bibel berbahasa  Latin yang dinamai “Vulgate” juga hasil terjemahan Bibel berbahasa Yunani. Selain itu, menurut Pastor Chediac, naskah Nasrani pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab ditulis di Pepustakaan Santo Petrus pada tahun 1060 Masehi.

Terjemahaan  Bibel pertama dari bahasa Latin ke dalam bahasa Inggris baru muncul pada tahun 1536 yang dilakukan oleh William Tendell. Akibat usahanya itu, William Tendell divonis mati oleh pihak Gereja melalui cara dibakar dengan dalih bahwa penerjemahan itu telah merusak kandungan Bibel. Secara faktual, sampai saat itu Gereja memang masih menganggap Bibel hanya boleh dipelajari para agamawan dan terlarang bagi kaum umum. Tetapi anehnya, hasil terjemahan William Tendell justru kelak dijadikan patokan bagi beberapa versi terjemahan Bibel dalam bahasa Inggris yang muncul selanjutnya.

 

Pada tahun 1582, Gereja Katolik Roma menertibkan terjemahan Bibel versi khusus di Kota Rheims. Hasil terjemahan ini kemudian diterbitkan lagi untuk kedua kalinya pada tahun 1609 di kota Douay dan menjadi naskah terjemah resmi tertua yang merujuk pada versi Vulgate. Pada tahun 1611, Gereja Inggris (Anglikan) menerbitkan versi terjemahan Bibel yang disebut King James Version (biasa disingkat KJV), dan juga dikenal dengan nama Authorized Version atau AV. Pada tahun 1818 Gereja Anglikan melakukan revisi terhadap versi AV dan menerbitkan hasilnya dengan nama Revised Version yang disingkat RV. Tetapi pada tahun 1952, lagi-lagi Gereja melakukan revisi terhadap versi RV kemudian menerbitkan hasilnya dengan nama Revised StandardVersion yang disingkat RSV. Versi yang terakhir ini lalu kembali direvisi pada tahun 1971 dan hasilnya diterbitkan dengan nama yang sama, yaitu RSV. Dalam pengantar Bible versi terakhir ini terdapat kalimat berbunyi, “Versi terjemahan ini adalah hasil kerja keras 32 agamawan terkemuka, didukung oleh komite yang merepresentasikan 50 sekte yang saling membantu.” Dalam kata pengantar ini juga terdapat kalimat berbunyi, “Versi Raja James (King James Version, KJV) mengandung beberapa cela yang luar biasa. Karena sedemikian banyaknya cela itu, sehingga mencapai tingkat bebahaya dan perlu diluruskan.”

Perlu disebutkan pula disini bahwa RSV yang paling mutakhir ini telah menghilangkan satu-satunya ayat berisi dalil doktrin Trinitas yang sebelumnya tercantum di dalam Perjanjian Baru, yaitu ayat pada paragraf ketujuh pasal 5 surat Yohanes I (lihat: Kata Pengantar Revised Standard Version/RSV).

Pada tahun 1993, di Amerika Serikat diterbitkan versi baru dari Injil Kanonik ditambahkan Injil Thomas. Versi baru ini diberi nama Scholars Version atau disingkat SV. Versi mutakhir Bible ini disusun oleh lebih dari 200 agamawan terkemuka dan para doktor dalam bidang teologi yang tergabung dalam satu lembaga bernama The Jesus Seminar. Berkenaan dengan keempat Injil Kanonik, para pakar teologi ini menyatakan bahwa pada mulanya semua Injil (Gospel) tersebar tanpa menggunakan nama penulisnya. Akhirnya gereja menetapkan nama-nama penulis bagi keempat Injil tersebut. Kebanyakan, penetapan nama ini adalah hasil harapan akan tercapainya sebuah niat baik.

Para penyunting versi Bible ini menetapkan bahwa 82% dari semua ucapan yang dinisbahkan Isa al-Masih (Yesus Kristus) yang termaktub dalam Injil ternyata tidak benar dan tidak pernah diucapkan Isa al-Masih. Apalagi, penulisan Injil baru dimulai pada tahun 70 setelah Masehi, dan naskah Injil tertua yang masih dapat kita temukan sekarang adalah naskah yang ditulis sekitar 175 tahun setelah wafatnya Isa al-Masih. Semua naskah injil itu berbeda satu sama lain; tak ada satu pun naskah yang benar-benar mirip dengan naskah lainnya. Sudah jelas bahwa para penyusun Injil-Injil itu memiliki latar belakang Yunani (Helenisme); dilihat dari sentuhan akhir terjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama dalam Septuaginta yang memang sangat jelas menunjukkan adanya pengaruh Helenistik tersebut.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

PACARAN MEMBAWA MUDHARAT

Dikutip dari Majalah Lagzis

Sebab Islam memandang kegiatan pacaran memiliki kemungkinan yang besar untuk dimanfaatkan oleh syaithan.

Manusia itu memiliki sifat dasar (fitrah) untuk saling menyayangi . hal ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Nya, Dia menciptakan untuk kamupasangan dari jenis kamu sendiri agar kamu hidup sakinah bersamanyadan Dia menjadikan rasa kasih dan sayang sesama kamu. Sesungguhnyayang demikian itu menjadi tanda-tanda kekuasaan Nya bagi kaum yangberfikir” (Qs. Ar Ruum (30_ayat 21).

Ayat tersebut menerangkan kepada kita bahwa kasih sayang merupakan sifat dasar manusia. Kasih sayang tersebut tumbuh beriringan denganper tumbuhan manusia. Pada usia remaja dan dewasa muda, kita dapat melihat bahwa kasih sayang ditunjukkan dengan belajar menyukai lawan jenis. Masyarakat menamakan proses itu sebagai pacaran.

SabdaRasulullah SAW ;

“Jangan sekali-kaliseorang laki-laki menyendiri dengan perempuan yang tidak halalbaginya karena orang ketiganya nanti adalah syaithan, kecuali kalauada mahramnya”. (HR. Ahmad).

Hadits ini merupakan penegasan mengenai bujuk rayu syaithan terhadap orang yang berduaan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Bujuk rayu syaithan terhadap orang yang berpacaran diawali dari hal yang sederhana seperti bergandengan tangan. Namun, hal yang sederhana bisa menjadi bencana karena setan senantiasa mengipasinya. Gandengan tangan , yang mendekati zina bisa menjadi zina sesungguhnya.

“Danjanganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu suatu perbuatanyang keji dan jalan yang buruk” (QS.Al-Israa ayat 32).

Jalan yang buruk amat merugikan manusia, itulah sebabnya pacaran yang ini kegiatannya mendekati zina dilarang oleh Islam. Rambu-rambu yangdiberikan terhadap zina amat jelas yaitu zinanya mata adalahmemandang penuh nafsu, zinanya tangan adalah menyentuh yang tidakhalal. Zinanya kaki ialah melangkah ketempat yang tidak baik.Memandang dengan penuh nafsu menjadi zinanya mata, karena pandangan mata bisa menjadi awal ketertarikan untuk menjalin pacaran.

Sepertiperibahasa berikut ini “Dari mana datangnya lintah, dari sawahturun ke kali, darimana datangnya cinta dari mata turun ke hati”.

Supayadapat menghindari pandangan yang menyesatkan maka kita perlumenundukkan larangan. Salah satunya ialah hadits yangdiriwayatkan oleh Hakim:

“Pandangan ituadalah anak panah beracun dari anak-anak panah iblis, siapa saja yangmenghindarkan karena takut kepada Allah, ia akan dikaruniai olehAllah keimanan yang terasa manis di dalam hatinya.”

Menghindarkanpandangan dari yang tidak halal akan membuahkan iman yang manis didalam hati kita. Iman itu akan membantukita dalam menerima dan memahami rahasia-rahasia dari Allah SWT yangbermanfaat bagi kehidupan kita. Menundukkan pandangan terhadap lawanjenis dapat ditumbuhkan sebagai kebiasaan. Kebiasaan dapat diperolehdari memilih lingkungan pergaulan. Lingkungan yang mengajarkanmenjaga diri secara syariat Islam akan mengajarkan kita menjagapandangan mata.

“Sesungguhnyasalah seorang diantaramu ditikam dari kepalanya dengan jarum daribesi, adalah lebih baik daripada menyentuh seseorang yang bukanmahramnya.”(HR. Tabrani).

Hadits ini menerangkan bahwa menyentuh seseorang yang bukan mahram secara sengaja haram hukumnya, kecuali setelah ada pernikahan. RasulullahSAW, teladan kita yang sempurna, telah mencontohkan hal ini,sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari.

“Tangan RasulullahSAW tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalambaiat, baiat Rasulullah SAW dengan mereka adalah berupa ucapan”

Pacaran yang kita lihat dewasa ini, cenderung melanggar tauladanRasulullah SAW, karena orang yang berpacaran biasanya melakukangandengan tangan. Supaya terhindar dari maksiat ini, kita bisa mulaimenghindari bersentuhan kulit dengan yang bukan mahram, misalnya saatberjabatan tangan. Bila dari berjabatan tangan kita sudah hati-hati,maka diajak gandengan dengan yang bukan mahram kita akan mudahmenolak.

Menjaga perilaku merupakan nilai penting yang dapat melindungi diri kita dari perbuatan maksiat dari kegiatan pacaran Dengan begitu, cinta yang menjadi fitrah manusia akan tetap fitri (suci) dan tidak merusak hati

Bilamana usaha menjaga perilaku masih belum mantap dapat ditambah dengan puasa. Namun bila memang fitrah ini ingin diarahkan pada jalan yang benar, maka Islam telah memberikan langkahnya dengan pernikahan Proses pranikah juga telah diatur dengan sempurna untuk tetapmelindungi kesucian fitrah dari perbuatan maksiat. Jadi,meraih fitrah tanpa maksiat, mengapa tidak?

MENCARI TANPA PACARAN

Jatuh cinta itu terasa sangat indah seperti orang lain pasti tak akan tahu betapa dunia ini serasa hanya milik berdua. Bila melihat fotonya,senyum sendiri, bila melamun senyum sendiri, bila melihatnya dari jauh saja senang bukan kepalang.Tak ada kata dan suara yang lebih indah selain kata dan suaranya. Bagaikan pepatah “tahi kucing serasa coklat”.Nah, coba sekarang perasaan itu kita tumpahkan hanya kepada kekasih abadi kita kekasih yang tak akan pernah mati, tak akan pernah pergi bahkan tak akan pernah berpaling sedikitpun.

Allah SWT kekasih abadi kita, apapun yang dikatakan-Nya dilarang-Nya bahkan yang diperintahkan-Nya serasa indah saja, tak ada beban sedikitpun malahan serasa diberikan perhatian yang tiada henti. Termasuk apa yang diperintahkan Allah berkenaan dengan jatuh cinta dengan lawan jenis. Allah telah memberikanperintah dan larangan yang tentunya merupakan suatu bentuk perhatian dan kasih sayangnya sematapada kita. Allahjuga memerintahkan kita untuk menikah. Hadits Rasulullah SAW

“Bukantermasuk kaumku bagi mereka yang menolak untuk menikah.”

Kita dapat menemukan calon pasangan hidup ini tanpa melalui proses berpacaran. Karena sesungguhnya …kematian,rejeki maupun jodoh ada di tangan Allah. Hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa pilihlah calon isteri/suami karena empat hal antara lain agamanya, kecantikannya, kekayaannya, dan keturunannya, namun yang paling baik adalah pilihan karena agamanya. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita untuk menikah. Segala perbuatan sekecilapapun asal diniatkan karena Alllah semata maka nilai lebih di mata Allah.

Karena bila kita kembali pada diri sendiri dengan melihat cara berperilaku Islami tentulah Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi hambanya yang bertaqwa. Karena sesungguhnya orang yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik pula, sebaliknya orang yang berperilaku jelek akan memperolehpasangan yang berperilaku jelek pula.

” Wanita-wanitayang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang kejiadalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yangbaik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalahuntuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itubersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagimereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). ” (Al-Qur’anSurat An Nuur Ayat 26)

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Kenapa anak muda begitu sulit untuk istiqomah kepada Alloh dan Rosulnya?

Wabishah bin Ma’bad rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku datang kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan?” Aku berkata,” Ya.” Beliau bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus membenarkanmu.” (Hadits hasan yang kami riwayatkan dari Musnad Imam Ahmad bin Hambal dan Musnad Imam Ad-Darimi dengan sanad hasan).

Ada tiga pintu yang membuat anak muda begitu sulit untuk menerima Din (agama) dan senjata syetan untuk menghancurkan ahklak anak muda. Ditambah lagi paham sekuler (urusan agama dan dunia terpisah) yang dipelopori oleh kaum liberalisme membuat kita sebagai kaum muda mudah di guncang keimanannya. Berikut ini 3 pintu penghalang keistiqomahan di jalan Alloh dan cara mengatasinya, antara lain:
1. Pintu Syubhat (keragu-raguan)
Nu’man Ibnu Basyir Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda -dan Nu’man memasukkan dia jarinya ke dalam kedua telinganya: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram pun jelas, dan di antara keduanya ada hal-hal yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa menjauhinya, maka ia telah membersihkan agamanya dan kehormatannya dan barangsiapa memasuki syubhat, ia telah memasuki keharaman, seperti halnya penggembala yang menggembala di sekitar batas (tanahnya), tidak lama ia akan jatuh ke dalamnya. Ingatlah bahwa setiap kepemilikan ada batasnya, dan ingatlah bahwa batas Allah ialah larangan-larangan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik seluruh tubuh akan baik jika ia rusak seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah dialah hati.” Muttafaq Alaihi.
Cara menutup pintu syubhat:
Tidak ada jalan lain kecuali, dengan memperdalam aqidah dan pemahaman kita tentang ajaran Islam (fiqih Islam) yang mulia ini.
Diambil dari Majalah Fatawa:
Diantara keistimewaan fiqih Islam –yang kita katakan sebagai hukum-hukum syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf – memiliki keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir.
Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang dapat menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau haram. Maka berpegang teguh dengan hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang menurunkan dan mensyari’atkannya terhadap para hambaNya.

2. Pintu Syahwat
Rosullah bersabda: Tiga perkara yang aku takuti akan menimpa umatku setelah aku tiada: kesesatan sesudah memperoleh pengetahuan, fitnah-fitnah yang menyesatkan, dan syahwat perut serta seks. (Ar-Ridha)

Rosullah bersabda: Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan neraka dikelilingi oleh syahwat. (HR. Bukhari)

Cara menutup pintu syahwat:
Berpuasalah sebagai penawar nafsu (syahwat) dan jika puasa tidak mampu menahan nafsu (syahwat) maka menikahlah.

• Abu Dzarr Ra berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah Saw berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Nabi Saw lalu berkata, “Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh, takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh, nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan isteri pun sodaqoh.” Para sahabat lalu bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?” Nabi menjawab, “Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (HR. Muslim)

• Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra.:
Dari Alqamah ia berkata: Aku sedang berjalan bersama Abdullah di Mina lalu ia bertemu dengan Usman yang segera bangkit dan mengajaknya bicara. Usman berkata kepada Abdullah: Wahai Abu Abdurrahman, inginkah kamu kami kawinkan dengan seorang perempuan yang masih belia? Mungkin ia dapat mengingatkan kembali masa lalumu yang indah. Abdullah menjawab: Kalau kamu telah mengatakan seperti itu, maka Rasulullah saw. pun bersabda: Wahai kaum pemuda! Barang siapa di antara kamu sekalian yang sudah mampu memberi nafkah, maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat menahan pandangan mata dan melindungi kemaluan (alat kelamin). Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penawar bagi nafsu. (Shahih Muslim No.2485)
• Hadis riwayat Anas ra.:
Bahwa beberapa orang sahabat Nabi saw. bertanya secara diam-diam kepada istri-istri Nabi saw. tentang amal ibadah beliau. Lalu di antara mereka ada yang mengatakan: Aku tidak akan menikah dengan wanita. Yang lain berkata: Aku tidak akan memakan daging. Dan yang lain lagi mengatakan: Aku tidak akan tidur dengan alas. Mendengar itu, Nabi saw. memuji Allah dan bersabda: Apa yang diinginkan orang-orang yang berkata begini, begini! Padahal aku sendiri salat dan tidur, berpuasa dan berbuka serta menikahi wanita! Barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku. (Shahih Muslim No.2487).

3. Pintu Amarah
Cara mengatasi pintu amarah:
Dengan membiasakan melatih kesabaran dan perkataan yang baik. Agar ketika emosi kita timbul maka perilaku dan perkataan yang keluar adalah perilaku dan perkataan yang penuh kebaikan dan nasehat.

Rosululah bersabda:
Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan. (HR. Asysyihaab)

Sifat malu adalah dari iman dan keimanan itu di surga, sedangkan perkataan busuk adalah kebengisan tabi’at dan kebengisan tabi’at di neraka. (HR. Bukhari dan Tirmidzi).

• Seorang sahabat berkata kepada Nabi Saw, “Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku.” Nabi Saw berpesan, “Jangan suka marah (emosi).” Sahabat itu bertanya berulang-ulang dan Nabi Saw tetap berulang kali berpesan, “Jangan suka marah.” (HR. Bukhari).

Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih afdhol di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena keridhoan Allah Ta’ala. (HR. Ahmad).

Bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” Muttafaq Alaihi.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Bagaimanakah Pandangan Iblis dan Syetan Tentang Wanita……!!!

Wahai kaum wanita, aku tidak melihat dari suatu kaum (orang-orang) yang lemah akal (pemikiran) dan lemah agama lebih menghilangkan hati orang-orang yang sehat akal dan benaknya daripada kamu (kaum wanita). Aku telah menyaksikan neraka yangpenghuninya paling banyak kaum wanita. Maka dekatkanlah dirimu kepada Allah sedapat mungkin. (HR. Bukhari)

Diperlihatkan kepadaku neraka kebanyakan penghuninya kaum wanita karena kekufuran mereka. Para sahabatbertanya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Nabi Saw menjawab,”Mereka mengkufuri pergaulan dan kebajikan (kebaikan). Apabila kamuberbuat ihsan kepada seorang dari mereka sepanjang umur lalu dia mengalami sesuatu yang tidak menyenangkannya dia akan berkata, “Kamu belum pernah berbuat baik kepadaku.” (HR.Bukhari)

1.      Pandangan Iblis TentangWanita

Para Iblis musuh-musuh Islam telah mengetahui sepak terjang dan peran penting wanita muslimah dalam membangun masyarakat muslim sejak pembai’atan (janji setia) mereka kepada Nabi sampai saat ini. Karena peran serta wanita muslimah inilah,muncul ulama dan pejuang sejati, seperti: Umar bun Khaththab, Khalid bin Walid,Shalahuddin Al-Ayyubi, ‘Aisyah binti Abu Bakar, Asma’, Ummuh Imarah, Khansa’,dan lain-lain.

Para musuh Islam telah menemukan jalan terbaik untuk menghancurkan Islam, yaitu dengan menghancurkan aqidah wanita muslimah. Untuk itu, mereka menerapkan strategi yang keji danhina untuk mengeluarkan kaum wanita muslimah dari fungsi dasarnya dan mencabut semangat bai’at (janji setia kepada Alloh dan Rosul) dari tangan mereka. Caraini kemudian mereka balut dengan berbagai istilah yang bersifat kamuflase, seperti kebebasan, emansipasi, modernisasi, sekularisasi, perubahan, melepasbelenggu, pembaharuan, dan berbagai semboyan dan slogan lain yang sesat danmenyesatkan (Mahmud Mahdi dan Mustafa Abu Nashr: 2005, 22)

2.      Pandangan Syetan (dalam bentuk Jin dan Manusia) Tetang Wanita

a)      Sebagai penggugah nafsu syahwat

Rosululloh bersabda:

Ada dua golongan dari penghuni neraka yang Aku tidak sampai melihat mereka yaitu suatu kaum yang menyandang pecut seperti ekor sapi (yang) dipakai untuk memukuli orang-orang dan wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka melenggang bergoyang.Rambutnya ibarat punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga ataumencium harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian sekian. (HR. Muslim)

Kita mendengar salah seorang pemimpin dari negeri Imprealis mengatakan: “Minuman keras dan kecantikan wanita lebihmampu menghancurkan umat Muhammad daripada seribu senjata. Oleh karena itu,buatlah mereka tenggelam dalam kecintaan kepada harta dan syahwat.”

Salah seorang pembesar missionaris pernah berkata: “Kita harus berusaha menghancurkan wanita Muslimah, kapan saja kitabisa berhadapan dengan mereka. Hiasilah perilakunya dengan segala sesuatu yangharam. Saat itulah kita bisa menghancurkan agama mereka.”

Dalam protokol Zionisme (yahudi) disebutkan: “Kita harus menempuhsegala cara untuk menghancurkan ahklaq mereka. Setiap sarana harus kita balut dengan suasana seksual, agar dalam pandangan mereka tidak tersisa lagi sesuatu yang suci, sehingga keinginan mereka hanyalah menyalurkan hasrat seksualnya. Pada saat itulah ahklaq mereka akan hancur.”

b)      Sebagai penggoda kaum pria

Rosululloh bersabda:

Tiap menjelang pagi hari dua malaikat berseru: “Celaka laki-laki dari godaan wanita dan celaka wanita dari godaan laki-laki.(HR. Ibnu Majah dan Al Hakim)

c)      Sebagai fitnah(pembuat kerusakan)

Rosululloh bersabda:

Tiada aku meninggalkan suatu fitnah sesudahku lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada godaan wanita. (HR.Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rosululloh telah bersabda: “Sesungguhnya dunia itu manis dan indah menghijau dan sesungguhnya Alloh telah menjadikan kalian sebagai khalifah(pemimpin) di dalamnya, dan kelak Alloh akan melihat apa yang kalian perbuat(apakah kalian menaati-Nya atau mendurhakai-Nya). Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap (fitnah) dunia dan hati-hatilah terhadap (fitnah) wanita. Sesungguhnya bencana pertama yang menimpa Bani Israil adalah karena wanita.”

d)      Sebagai jeratan syetan

Rosululloh bersabda:

Wanita adalah alat perangkap(penjaring) setan. (HR. Asysyihaab)

Karena begitu pentingnya peran wanita muslimah, penulis menghimbau kepada wanita untuk mendekatkan diri kepada Alloh sedapat mungkin. Penulis berharap tulisan ini tidak menimbulkan polemik, tetapi sebagai penggugah kesadaran bahwa kaum wanita adalah mahkluk spesial yang perlu dilindungi, diberi pengertian, dan diberi pendidikan tentang Din(agama).

Wahai kaum wanita, aku tidakmelihat dari suatu kaum (orang-orang) yang lemah akal (pemikiran) dan lemah agama lebih menghilangkan hati orang-orang yang sehat akal dan benaknya daripada kamu (kaum wanita). Aku telah menyaksikan neraka yang penghuninya paling banyak kaum wanita. Maka dekatkanlah dirimu kepada Allah sedapat mungkin. (HR. Bukhari)

Alloh berjanji dalam firmannya Surat An Nuur Ayat 26 bahwa jika wanita memiliki ahklak yang baik, maka akan mendapatkan pasangan yang baik pula ahklaknya dan InsyaaLloh akan melahirkan keturunan yang baik pula:

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan olehmereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). (Al-Qur’an Surat An Nuur Ayat 26)

Posted in Uncategorized | Leave a comment

10 Kiat Membentuk Keluaga Penentram Hati

Assalamu’alikumWr. Wb.

“Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia,dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadapisterinya.” (HR. Ahmad)

Seorang isteri yang ketika suaminya wafat meridhoinya maka dia (isteri itu) akan masuk surga. (HR. Al Hakim dan Tirmidzi)

Sungguh mudah bagi seorang wanita untukmasuk surga, hanya dengan membuat suami ridho, maka seorang istri akan masuk surga. Bukankah seorang istri mudah dalam merayu suami supaya ridho kepadamu(istri). Di bawah ini akan dijelaskan bagaimana agar suami ridho kepada istrinya dan membawa surga dalam rumah tangganya, insyaaLloh…

Nasehat dari wanita arab Ummamah Binti Haris Attakhabliah untuk anak gadisnya Ummuh IasBinti Auf Bin Muslim Assyaibani. Ketika anaknya mau dipinang oleh Raja ArabAmmer Bin Hajar pada waktu itu. Wahai putriku engkau akan berada pada lingkungan yang baru, engkau akan meninggalkan rumah, hidup bersama dengan orang yang belum kamu kenal. Dan hafalkanlah 10 parkara agar kamu hidup bahagiaserta membawa surga kedalam keluargamu:

  1. Selalu Khanaah dan ridho yaitu tunduk, patuh dan nriman kepada suami.
  2. Mendengar dan mentaati perintah suami
  3. Menjaga tempat-tempat yang dipandang suami, jangan sampai suami memandang tempat yang kotor atau sesuatu yang tidak menyenangkan.
  4. Menjaga bau penciuman suami, jangan sampai suami mencium bau-bau yang tidak berkenan olehnya (termasuk bau badan).
  5. Menjaga waktu makan suami, selalu sediakan cemilan di rumah agar suami tidak lapar karena lapar akan mendatangkan amarah.
  6. Menjaga waktu tidur suami, karena jika suami kurang tidur akan membuat pikirannya kacau dan timbul emosi.
  7. Pandai menjaga hartanya, inti dari menjaga harta adalah berhemat, berbelanja seperlunya dan sekedarnya.
  8. Pandai menjaga keluarganya dan kehormatan keluarga, inti dari menjaga keluarga adalah pintar mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Dan perperilaku baik kepada keluarga suami.
  9. Jangan melanggar perintahnya dan menebar rahasianya, selama perintahnya tidak mencelakakan dan berbahaya maka taatilah, tetapi jika engkau melanggar perintahnya maka engkau akan megeruhkan pikirannya. Dan tutup rapat-rapat rahasia suami, cukup dikubur didada, tetapi jika engkau menebar rahasiaanya engkau tidak akan selamat dari makar(rencana jahat) dan tipu muslihatnya.
  10. Pandai mengikuti irama suami, jangan sampai menampakkan wajah ceria ketika suami berduka dan jangan berduka ketika suami ceria.

Nasehat kedua jadilah engkau baginya seorang istri dan seorang ibu serta ingatlah selalu bahwa semua laki-laki, siapa pun ia adalah bayi besar, suka diajak bercanda, suka digoda,mudah ditenangkan dan diambil hatinya. Perbedaan istri dan suami hanyalah pada perbedaan jenis kelamin, yang lain adalah sama.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Manfaat Akuntansi Syariah

Menurut, Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic Accounting”, Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum kapital dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam Akuntansi Islam ada “meta rule” yang berasal diluar konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia, dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu “hanief” yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawab kan tindakannya di hadapan Tuhan yang memiliki Akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya.

Dari pernyataan Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic Accounting” dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat Akuntansi Syariah, antara lain :

  • memberi pemahaman dan kesadaran bahwa Al-qur’an merupakan kitab suci yang memang benar-benar di turunkan oleh Tuhan Semesta Alam melalui perantaranya di Bumi, yaitu Muhammad karena sangat komplit, relevan dalam segala bidang dan dapat dibuktikan kebenarnya
  • meningkatkan Iman dan Takwa kepada Alloh dan Rosulnya (Muhammad)
  • menegakkan perintah Alloh dan Sunah Rosul yang berarti Surga
  • sarana untuk berjihat menegakkan kebenaran
  • menumbuh kembangkan ekonomi berbasis Islam di Indonesia
Posted in Uncategorized | Leave a comment

Pentingnya Memahami Hubungan Teori-Construct-Variable-Fenomena

Sumber: Metodologi Penelitian Bisnis, 2002

Skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: sebuah fenomena alam yang sesuai kajian teori akan didapakan sebuah construct atau dikhususkan menjadi lebih sederhana dalam bentuk konsep/konstruct yang nantinya untuk membentuk sebuah variabel. Dari variabel inilah akan terbentuk model penelitian yang nantinya memudahkan peneliti untuk menentukan subyek/obyek penelitian.

Skema hubungan teori-construct-variabel-fenomena digunakan untuk mempermudah bagi peneliti pemula menentukan subyek atau obyek penelitian yang akan diteliti dan memberi pemahaman bahwa semua fenomena alam baik yang abstrak maupun non abstrak dapat dijadikan sebagai subyek atau obyek penelitian serta memperdalam pemahaman tentang desain penelitian yang akan digunakan.

Posted in Uncategorized | 1 Comment